Pada
awalnya perjalanan
kami mencari memahami makna sholat, dan yang dapat kami lakukan hanyalah tafakur kepada Allah, berkeyakinan kepada Allah dan menganggap
Allah sebagai guru, seperti
halnya dengan Nabi Muhammad saw dan Nabi Musa As melalui Tafakur, mendekatkan
diri berkomunikasi, menghaturkan sembah kepada Allah dan yakin bila Allah
akan menerimanya, rupanya hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim as, bahkan Nabi Ibrahim As memulai dengan menyangka bulan dan matahari adalah Tuhan.
Kami
selalu memohon kemakrifatan kepada Allah dengan banyak membaca do’a Akasah,
sampai tanpa disadari meneteskan air mata. Dalam do’a tersebut ada permohonan sebagai
berikut :
“Ya
Allah, jikalau aku dalam memakrifatkan diriku kepada-Mu terdapat kesalahan dan
kekurangan, ampuni aku ya Allah, aku ucapkan Laa ilaaha illallah, Muhammad
Rasulullah.”
Suatu
ketika setelah mengambil air wudlu, kemudian duduk di dalam kamar, mensucikan
jiwa dan hati serta pikiran sehingga jernih, dan menghadap kepada Allah, sang
guru yang pertama, tanpa disadari, tubuh bergerak berdiri, digoyangkan kesana
kemari, kemudian tubuh bergerak lagi dituntun berdiri dan shalat tanpa ruku’
langsung sujud.
Begitulah
shalat kami pada waktu itu, yang mula-mula dengan duduk, kemudian berdiri dan tanpa
ruku’ terus sujud terus bertafakur, sampai akhirnya kami dituntun melakukan sholat
secara utuh, setelah diselamu muncul kesadaran, keadaan kami yang seperti ini, yang
penuh kekotoran saja diberi petunjuk, apalagi Nabi Muhammad saw, jelas petunjuk
tersebut berasal dari Allah SWT.
Alhamdulillah
kemudian kami merasakan nikmat sholat secara utuh penuh sebagaimana petunjuk
dalam agama Islam, namun kami masih menghadapi masalah yaitu kesulitan dalam
berkhusyu’, pikiran kesana kemari, hal tersebut sangat menganggu bahkan sampai kami
memukuli kepala dengan keras karena jengkel pikiran selalu menganggu, dan
kami tidak menyerah selalu berusaha dengan tekun agar dapat melaksanakan sholat
secara khusyu.
Misalnya
setelah shalat maghrib terus duduk berdzikir sampai isya’ hadir kepada Allah, demikian
pula waktu shalat yang lain, kadang-kadang dari dhuhur ke ashar jatuh
terlentang, bangun, menangis kepada Allah, berdiri tanpa berlepas kepada Allah,
hal ini kami lakukan terus-menerus dalam beritikaf, hadir kepada Allah.
Walaupun
kami telah berupaya dan melakukan serta meyakini Islam, suatu saat terbersit
adanya suatu keraguan terhadap kerasulan Muhammad saw. Pernah muncul di angan Muhammad hanyalah seseorang yang pandai, akam tetapu keraguan
itu kami tepiskan dengan terus mengingat Allah datang dan yakin kepadaNya.
Pada suatu ketika kami menemukan pencerahan
didalam Al
Qur’an dan Hadits
serta Injil Barnabas mengenai hakikat
kerasulan Nabi Muhammad Saw, alhamdulillah keraguan terhadap keberadaan kerasulan Nabi besar Muhammad saw
sirna tanpa bekas, Sebaliknya justru timbul rasa cinta dan rindu dalam hati kepada Rasulullah saw, yang
mendorong hati dan bibir ini menyeru kepada Allah, “ Ya
Allah aku menerima Islam sepenuhnya ”. Ada hikmah tersembunyi
dari kejadian ini, kami dituntun dan ditakdirkan untuk naik haji akbar pada
tahun 1983, bersama kloter I.
Kurang
lebih 18 tahun kami terus mencari hingga terungkaplah rahasia firman Allah, mulai dari adanya
masalah hingga kami bersandar di masjid Baitur-Rahman sebuah masjid Agung di
kota Banyuwangi selama 6 tahun, semuanya atas izin Allah SWT terungkaplah
hakikat kefakiran manusia dan terungkap pula, bahwa alhamdulillah adalah ‘puji-an’
bagi orang yang tingkat tinggi, serta dengan izin dan ridha Allah pula kami
mengerti makna dari :
QS Fushshilat 41 ayat 54:
أَلَا إِنَّهُمْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَاءِ رَبِّهِمْ ۗ أَلَا إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطٌ
QS
As Sajdah 32 ayat 5:
Dia mengatur urusan dari langit
ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya
adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
QS
Al Hadid 57 ayat 2:
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Kepunyaan-Nyalah kerajaan
langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
QS Ali Imran 3 ayat 26
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: "Wahai Tuhan
yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di Tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
QS Yunus
10 ayat 107:
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ ۚ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Jika Allah menimpakan sesuatu
kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.
Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak
kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS Ar Raad 13 ayat 16:
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Katakanlah: "Siapakah
Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah:
"Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah,
padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi
diri mereka sendiri?" Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang
dapat melihat atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka
menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti
ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah:
"Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi
Maha Perkasa".
Dari ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah lah Yang
Maha Kuasa dan Maha Berkehendak, manusia adalah fakir, manusia tidak bisa
menahan ketuaan atau kapan dan bagaimana kematiannya. Seperti Nabi Zakaria as yang
terbunuh dengan digergaji oleh musuhnya dan Hamzah ra sahabat dan paman
Rasulullah terbunuh dan dimakan hatinya oleh musuhnya.
Suatu
saat kami terbentur dengan masalah keluarga dengan usaha yang dihancurkan orang
lain yang menjadi pertanyaan bahwa kami sudah banyak mendo’akan orang tanpa pamrih
mengapa masih mengalami seperti itu, hingga pada suatu saat tanpa kesengajaan
seorang kawan menaruh Juz Amma di tempat kerja kami, dan dalamnya kami
menemukan bukan hanya kami manusia biasa yang mengalami benturan-benturan
hidup.
Nabi
Muhammad saw pun mendapat benturan-benturan dalam hidup, kemudian diberi
kemampuan untuk mengatasinya, sebagaimana disebutkan dalam QS Al Insyirah:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
Bukankah Kami telah melapangkan
untukmu dadamu?
وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ
dan Kami telah menghilangkan
daripadamu bebanmu,
الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
yang memberatkan punggungmu?
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
dan Kami tinggikan bagimu
sebutan (nama)mu,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ
dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.
Setelah itu
ditunjukanlah persoalan
lainnya berupa orang yang mendustakan agama, yaitu orang-orang
yang menganiaya anak yatim, menghardik fakir miskin, shalat yang lalai,
Semestinya kita berbuat
kebaikan, dengan demikian tidak perlu memikirkan benturan hidup dan tenggelam
dalam kekalutan,
Kemudian buku Juz Amma tadi hilang mungkin ada yang membawa sejak itu kekalutan hati karena benturan hidup tadi menjadi sirna, karena menyerah
dalam makna dan kemauan Allah melalui ayat-ayat yang kami temukan.
Atas
kehendak Allah SWT, Pada suatu ketika didalam perjalanan ini kami menemukan
seekor jangkrik yang mati di ruang kerja vacuum pump PT PKBR, karena dorongan rasa
kasihan kami ambil jangkrik tersebut dan meletakkan di atas telapak tangan,
kemudian membaca syahadat memohon kepada Allah,
“ Ya Allah, jadikanlah hidup jangkrik
ini ”
Luar biasa jangkrik
itu bergerak dan hidup kembali, kami pun menangis terisak-isak seorang diri, bukan menangis karena hidupnya kembali
jangkrik yang sudah mati, tetapi menangis seolah-olah Allah mengatakan inilah
kekuasaan Allah, percayalah, yakinlah kepada Allah.
Alhamdulillah,
Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya, kebenaran-Nya dan kami hanya sebagai
saksi atas kebenaran-Nya.
(Penulis H.Slamet Oetomo)
.....Bersambung
Alhamdulillah, terimakasih
ReplyDelete