Friday 13 January 2017

Mahaballah : Bagian Kedua - Perjalanan



Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan tawadhu, tidak ada yang lain hanya lurus kepadaNya, dengan kesungguhan yang umum dengan jiwa dan raga bermahabah.
Tiada guru selain Allah, Ialah guru bagi alam semesta, tiada manusia yang mampu menggurui, Sebab hakikinya Allah SWT yang mengajarkan apa-apa yang tidak diketahui oleh manusia.

QS Al Alaq 96 ayat 3-5:
ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ
Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam,
عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Dia mengajar kepada manusia (Al Insan) apa yang tidak diketahuinya.

Perjalanan ini diawali saat kami merenung berpuluh tahun yang silam, merenungi siapakah guru yang terkuat? Saya berguru kepada A, ternyata B lebih kuat daripada A, C lebih kuat daripada B, demikian seterusnya.
Dan semuanya kalah oleh Allah SWT, jadi tidak ada lagi yang terkuat, selain Tuhan semesta alam, yaitu Allah SWT, Suatu ketika sewaktu kami berbaring di tempat tidur sembari berdzikir datang kepadaNya tiba-tiba ada getaran (sensasi) yang mengalir ke seluruh tubuh, keadaan ini saya biarkan sampai selesai.
Beberapa hari kemudian, hal tersebut kembali terjadi sewaktu berbaring getaran itu datang, kemudian ku dudukan diri, maka nampaklah kebenaran itu sesungguhnya Allah Maha mengajarkan.
Bersama-sama datang belajar kepada Allah SWT tidak terbelenggu suatu aliran, Islam adalah satu, Tuhannya ialah Allah, Nabinya adalah Muhammad SAW satu kitab yaitu Al Qur’an, pada masa ini perpecahan Islam adalah bukti kebenaran bahwa Nabi Muhammad saw oleh Allah diberi kemampuan melihat jauh ke depan.
Islam pula Mutazillah (pemikiran), juga Jabariah (pemasrahan) dan sebagainya. Yang tidak disukai Nabi saw adalah percaya tapi tidak menjalankan, dalam perjalanan ku memperoleh kenyataan dan kebenaran, keyakinan yang tetap, yaitu wajibul yaqin, ainul yaqin, haqqul yaqin sampai isbatul yaqin.
Mengalami sendiri bukanlah kata orang atau menurut kitab lagi, tetapi nyata, ku alami. Ketika diterapkan kepada yang lain, ternyata hasilnya sama, kesaksian demi kesaksian ku alami seperti jangkrik yang telah mati hidup kembali; ayam yang sudah beberapa hari kaku tapi masih berdenyut bahkan sebagian tubuhnya sudah rusak, setelah meminta dan memohon kepada Allah SWT, ayam tersebut bisa berdiri dan berjalan.
Kesaksian bukan berarti kuasa, namun karena kuasa dan kehendak Ilahi, kesaksian dalam para wali disebut karomah, dan pada Nabi disebut mu’jizat dan semuanya karena Allah, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Qudsy :

Dari Abu Hurairah RA beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “ Barang siapa memusuhi wali-Ku maka aku izinkan untuk diperangi, tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada Ku dengan suatu amal ibadah yang lebih aku cintai daripada perkara yang
Aku wajibkan. Mereka-mereka itu hamba-hambaku yang terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan yang baik, dengan melakukan sunnah-sunnah-Ku, sehingga Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya, pendengarannya adalah pendengaran-Ku, penglihatannya adalah penglihatan-Ku, mengerjakan sesuatu dengan tangan-Ku, berjalan dengan kaki-Ku, bila berdo’a Aku kabulkan, bila memohon perlindungan Aku lindungi.”(HR.Bukhari)

Jadi seandainya ada Kyai dan Ulama memiliki kelebihan itulah bukti firman Allah sebagaimana tersurat dalam Hadits Qudsy.




Namun sekarang banyak orang menyatakan, bahwa karomah merupakan pokok aliran Islam, padahal itu adalah istidrat atau kemauan dari nafsunya yang dijinkan oleh Allah SWT, semisal asma’ul husna dipakai menurut kemauannya sendiri, belum tentu Allah SWT akan menyukai, seperti juga banyak melakukan wirid namun jiwanya tidak fokus munajat bersungguh sungguh memuji kebesaran Allah Swt.
Pada suatu ketika datanglah beberapa orang dengan tujuan memohon bantuan doa kepada kerabatnya yang sedang menghadapi sakaratul maut, betapa sulitnya orang tersebut untuk melepaskan dirinya dari sakaratul maut, ia orang yang terkenal memiliki ilmu kesaktian konon dapat berjalan memanjat tembok seperti cecak, ternyata ia menggunakan asmaul husna mengambil manfaat dan menyalahgunakan  Asma Allah didalam ilmunya.
 Kenyataan tersebut tidak hanya terhenti disitu ada yang menggunakan wirid agar bisa kebal atau pukulan jarak jauh dan lain sebagainya, Subhanallah mereka tidak memahami apabila lafal yang dibaca ada yang disisipi kalimat yang mungkin Allah SWT tidak berkenan.
Kesaksian tidak melahirkan rasa bisa melainkan lahir rasa semakin tidak bisa, maka kesempurnaannya adalah tidak bisa atau bodoh, lebur diri atau fana zatnya, fana sifatnya, fana af’alnya (pekertinya), fana asmanya, semua itu adalah semata dari Allah SWT, ‘La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyul ‘azhim’.

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَايَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ 

Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran. (QS Al Baqarah Ayat 269)

Dan Hadits Qudsy:
Aku selalu mendampingi orang-orang yang selalu ingat kepada-Ku.

Datang dan belajar kepada Allah, untuk mencapai tingkat bertanggung jawab masing-masing tanpa menggantungkan kepada yang pertama, agar tidak ada mursyid. (kekuatan kepercayaan yang keluar dari pernyataan sang mursyid).
Karena kesempurnaan itu adalah fana semua, dari Allah, karena Allah, semua kejadian dari Diri-Nya, Kekuatan-Nya, Kebisaan-Nya dan sebagainya, bahkan Rasulullah dalam haditsnya bersabda :

Janganlah kamu seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani memuliakan Isa dan Maryam. Aku budak Allah, aku Rasulullah. Bila mohon perlindungan mohonlah kepada Allah yang Maha Kuat.”

Untuk menegaskan bahwa jangankan mursyid bahkan beliau sendiri Rasulullah sebagai junjungan ummat Islam melarang ummatnya menyembah  Rasul, tetapi mencintainya dalam Islam diperkenankan dan diwajibkan menyampaikan penghormatan (shalawat) dan salam untuk Rasulullah saw, hal ini merupakan perintah Allah, yaitu bershalawat dan bersalam kepada Rasulullah sebagaimana QS Al Ahzab ayat 56 :
  

إِنَّ اللَّهَ وَ مَلَئكتَهُ يُصلُّونَ عَلى النَّبىّ‏ِ يَأَيهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صلُّوا عَلَيْهِ وَ سلِّمُوا تَسلِيماً


Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. “Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Masing-masing kelompok memiliki cara mendidik dengan dasar-dasar penekanan sendiri-sendiri, misalnya yang satu dengan kedisiplinan, yang lain dengan dengan penempatan qalbu/hati, yang lain lagi dengan kelurusan kepada Allah.
 Namun tujuannya hanya satu, yaitu komunikasi kepada Allah inilah contoh-contoh pada zaman Rasulullah, sehingga muncullah berbagai tariqat. Seperti Sayidina Ali Ra, beliau berjalan tanpa dunianya, sampai-sampai bajunya compang camping, sebagai buruh penimba air, padahal beliau adalah menantu Rasulullah saw memilih jalan Zuhud.
Yang lain berjalan dengan caranya sendiri para pengikut dari berbagai cara atau jalan atau tariqat ada yang sekedar mengikuti apa kata gurunya, ada yang berpikir dan merenung.
Sebagai contoh pada zaman Rasulullah Saw, sayyidina Abu Bakar Ra dengan kepatuhannya, sementara sayiddina Umar bin Khattab Ra dengan kekerasan hati dan akalnya, lalu sahabat Abdullah bin Umar Ra yang mengikuti apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Nabi Muhammad saw dianugerahi kasyaf (penglihatan jarak jauh), Beliau diberi kemampuan melihat kejadian sebelum dan sesudah zaman beliau. Semisal; Islam akan pecah, orang-orang Islam akan seperti buih, tidak berani mempertahankan Islamnya, masjid-masjid menjadi indah tapi isinya kosong.
Kita sekarang sudah dimudahkan untuk menjadi orang yang memiliki kemampuan, misalnya melalui latihan dan pendidikan di sekolah. Hal ini dikarenakan semakin mudahnya sarana-sarana pengajaran Islam, baik melalui buku-buku di sekolah dan di toko buku, sekolah agama serta pondok pesantren.
Dengan kemudahan yang sudah kita dapatkan dan pendidikan yang sudah diperoleh, janganlah kita termasuk orang orang yang tidak berani mempertahankan Islamnya, berusahalah masing-masing dari kita untuk mengikuti perintah Rasul, dan bila kita kesulitan dalam sunah hadits, kembalikan kepada Al Qur’an sehingga tidak perlu mempersoalkan perbedaan pemahaman, karena yang sebenarnya perbedaan paham berasal dari salah satu atau keduanya belum memahami akan dalil Qur’annya atau Haditsnya, mestinya langkah-langkah yang ditempuh adalah ke arah perkembangan penjabaran Islam itu sendiri, karena Islam itu sederhana dan mudah dimengerti serta mudah dilaksanakan.
Misalnya mengenai Allah SWT, bila dikatakan Esa, artinya ya tidak ada penguasa lain selain Allah SWT, namun kalau ada anak Allah dan sebagainya, kita menjadi bingung, sehingga timbul pertanyaan, bagaimana sikap Allah kepada anak Allah? Padahal anak Allah itu hanyalah sekedar julukan, sebagaimana dikatakan Yesus :
Berbahagialah orang yang suci hatinya disebut anak Allah.
 Seperti kita menyebut teman kita si A sebagai harimau, apakah si A itu betul-betul harimau? Juga dalam Matius pasal 7 ayat 21,
Yesus menyatakan, “Orang-orang yang menyeru aku Tuhan, tidak masuk surga, yang masuk surga adalah yang menjalankan perintah Allah.”

Al Qur’an sangat universal, dan merupakan dasar / landasan dalam mengungkap kehidupan dunia dan akhirat, menegaskan/menjelaskan siapa Allah SWT, siapa para Nabi dan Rasul Allah, bahkan peringatan kepada para ahli kitab.
Qur’an merupakan sumber hukum terdekat, misalnya seruan Allah untuk merenung, sebagaimana difirmankan dalam Surat At Tin 95 ayat 4:

 لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
QS Ath Thariq 86 ayat 5:

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ  

Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?
Dengan merenungkan ayat ini-lah, Ibnu Sina menemukan ilmu kedokteran, Dengan surat Yunus 10 ayat 5:

 هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ


 Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Muhammad Tarqi menemukan ilmu astronomi, sebagaimana kami baca di koran, bahkan kelahiran mereka diperingati oleh UNESCO / PBB.
Dalam surat Al Hujurat 49 ayat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Kata yang ditekankan pada Al hujurrat ayat 13 adalah "hai Manusia", yang artinya luas mencakup masa lalu dan masa kini, Sebagai contoh universalnya adalah ketika kita naik haji menggunakan kendaraan buatan ummat non islam, bahkan menutupi aurat yang merupakan perintah Allah dari hasil produksi pabrik milik bukan orang non Islam.
Dunia sekarang sudah lain, kalau dulu Syech Abdul Qadir Jailani di sekitarnya adalah hutan, sekarang di sekitar kita adalah masyarakat ekonomi yang semrawut nilai kebenaran dan ketidak-benarannya. Dengan perbedaan lingkungan ini, alangkah baiknya dilakukan penjabaran baru, karena dalil Qur’an dan Hadits itu tetap adanya dan bisa dipakai sepanjang masa.
Tidak perlu mempertentangkan segala macam paham, tetapi melangkah ke arah kemajuan, ke arah perkembangan Islam sebagai kendali diri atau sumber hukum yang terdekat, sebab dalam agama jelas mana yang baik dan mana yang buruk.




Hakikat makrifat dengan syariat harus menjadi satu, Sebab Islam juga agama spiritual atau ruhani dengan sholat khusyu’nya, i’tikafnya, dengan ma’rifatnya, musyahadah, mukasafah, mahabah kepada Allah SWT.
Dalam dunia modern, spiritual akan dicari untuk ketenangan jiwa, demikian pula dengan syariat akan terjalin  kebersamaan antar umat manusia hal ini juga sangat diperlukan, sehingga tidak ada jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, hal tersebut didapat dalam Islam dengan zakatnya, dengan amal sedekahnya, berjamaah dalam sholat , naik haji dengan bahasa yang sama dengan bahasa Sholat dan Al Quranul qarim.
Kebenaran-kebenaran Qur’an yang tidak bisa dipalsukan, karena dijaga oleh Allah seperti disebutkan dalam surat Al Hijr 15 ayat 9:

 إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran. Dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Oleh sebab itu Al Qur’an ditulis dan dihafalkan sejak zaman Nabi, sahabat dan sampai sekarang.
Nabi Muhammad saw tidak mengenal huruf namun dapat ‘membaca’ dalam arti yang luas, hanya dengan disuruh mengucapkan atas nama Allah, beliau mampu melihat ke belakang, ke masa depan dan sebagainya.
Ini adalah nilai / kekuatan spiritual, seperti juga Nabi Musa as yang diberi mukzizat membelah lautan, Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw diberi mukzizat menghidupkan orang mati, Nabi Ibrahim as diselamatkan Allah ketika dibakar, dan Nabi Sulaiman as diberikan kekayaan, semuanya atas ijin Allah dan Allah mendampingi orang-orang yang selalu ingat, Allah mengabulkan permintaan orang-orang yang selalu dekat dan dicintai-Nya.
Buku ini merupakan andil kami di masa sekarang, yang merupakan pengalaman dalam mendalami kecintaan kepada Allah, berkomunikasi dengan Allah, merupakan jihad kami untuk menjadi saksi kebenaran Allah, beserta kitab-kitab dan Nabi-Nabi-Nya. Sebab Allah memberikan seruan dan peringatan seperti disebutkan dalam Qur’an Surat At Taubah 9 ayat 24:


 قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
 Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Kami harapkan buku ini juga membantu saudara-saudara kami yang sama-sama mencari dan melengkapi dunia Islam, sebab seruan Allah dalam QS Al Baqarah 2 ayat 208:

 
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
 Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan. Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

(Penulis H.Slamet Oetomo)
.....Bersambung

3 comments:

  1. Selamat membaca, semoga mendapatkan hidayah

    ReplyDelete
  2. Amin Ya Alloh... Terima kasih

    ReplyDelete
  3. tulisan yang dalam sekali,boleh tahu dimana pesantrenna

    ReplyDelete