Mendekatkan
diri kepada Allah SWT dengan tawadhu, tidak ada yang lain hanya lurus
kepadaNya, dengan kesungguhan yang umum dengan jiwa dan raga bermahabah.
Tiada guru
selain Allah, Ialah guru bagi alam semesta, tiada manusia yang mampu menggurui, Sebab hakikinya
Allah SWT yang mengajarkan apa-apa yang tidak
diketahui oleh manusia.
QS
Al Alaq 96 ayat 3-5:
ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ
Bacalah dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah,
ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ
Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam,
عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Dia mengajar kepada manusia
(Al Insan) apa yang tidak diketahuinya.
Perjalanan ini diawali
saat kami merenung berpuluh
tahun yang silam, merenungi siapakah guru yang terkuat?
Saya berguru kepada A, ternyata B lebih kuat daripada A, C lebih kuat daripada
B, demikian seterusnya.
Dan
semuanya kalah oleh Allah SWT, jadi tidak ada lagi yang
terkuat, selain Tuhan semesta alam, yaitu Allah SWT, Suatu ketika sewaktu
kami berbaring di tempat tidur sembari berdzikir datang kepadaNya tiba-tiba ada getaran (sensasi) yang mengalir ke seluruh tubuh, keadaan
ini saya biarkan sampai selesai.
Beberapa
hari kemudian, hal
tersebut kembali terjadi sewaktu berbaring getaran
itu datang, kemudian ku dudukan
diri, maka nampaklah kebenaran itu
sesungguhnya Allah Maha mengajarkan.
Bersama-sama datang
belajar kepada Allah SWT
tidak terbelenggu suatu aliran, Islam adalah satu,
Tuhannya ialah Allah, Nabinya adalah Muhammad SAW satu
kitab yaitu Al Qur’an, pada masa ini perpecahan Islam adalah bukti kebenaran bahwa Nabi Muhammad saw
oleh Allah diberi kemampuan melihat jauh ke depan.
Islam
pula Mutazillah (pemikiran), juga Jabariah (pemasrahan) dan sebagainya. Yang
tidak disukai Nabi saw adalah percaya tapi tidak menjalankan, dalam
perjalanan ku memperoleh kenyataan dan kebenaran, keyakinan yang tetap, yaitu wajibul
yaqin, ainul yaqin, haqqul yaqin sampai isbatul yaqin.
Mengalami
sendiri bukanlah kata orang atau menurut kitab lagi, tetapi nyata, ku
alami. Ketika diterapkan kepada yang lain, ternyata hasilnya sama, kesaksian demi
kesaksian ku alami seperti jangkrik yang telah mati hidup kembali; ayam yang
sudah beberapa hari kaku tapi masih berdenyut bahkan sebagian tubuhnya sudah rusak,
setelah meminta dan memohon kepada Allah SWT, ayam tersebut bisa berdiri dan
berjalan.
Kesaksian
bukan berarti kuasa, namun karena kuasa dan kehendak Ilahi, kesaksian dalam para wali disebut karomah, dan pada Nabi disebut mu’jizat dan semuanya karena Allah, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Qudsy :
Dari Abu Hurairah RA beliau berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “ Barang siapa memusuhi wali-Ku maka aku izinkan untuk diperangi,
tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada Ku dengan suatu amal ibadah
yang lebih aku cintai daripada perkara yang
Aku wajibkan. Mereka-mereka itu hamba-hambaku yang terus-menerus mendekatkan diri
kepada-Ku dengan amalan-amalan yang baik, dengan melakukan sunnah-sunnah-Ku,
sehingga Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya, pendengarannya adalah
pendengaran-Ku, penglihatannya adalah penglihatan-Ku, mengerjakan sesuatu
dengan tangan-Ku, berjalan dengan kaki-Ku, bila berdo’a Aku kabulkan, bila
memohon perlindungan Aku lindungi.”(HR.Bukhari)
Jadi seandainya ada Kyai dan Ulama memiliki kelebihan itulah bukti firman Allah sebagaimana tersurat dalam Hadits Qudsy.
Namun sekarang banyak orang menyatakan, bahwa karomah
merupakan pokok aliran Islam, padahal itu adalah istidrat atau kemauan dari
nafsunya yang dijinkan oleh Allah SWT, semisal asma’ul husna
dipakai menurut kemauannya sendiri, belum
tentu Allah
SWT akan menyukai, seperti juga banyak
melakukan wirid namun jiwanya
tidak fokus
munajat bersungguh sungguh memuji kebesaran Allah
Swt.
Pada suatu ketika datanglah beberapa
orang dengan tujuan memohon bantuan doa kepada kerabatnya yang sedang
menghadapi sakaratul maut, betapa sulitnya orang tersebut untuk melepaskan
dirinya dari sakaratul maut, ia orang yang terkenal memiliki ilmu kesaktian
konon dapat berjalan memanjat tembok seperti cecak, ternyata ia menggunakan
asmaul husna mengambil manfaat dan menyalahgunakan Asma Allah didalam ilmunya.
Kenyataan tersebut tidak hanya
terhenti disitu ada yang menggunakan wirid agar bisa kebal atau pukulan jarak
jauh dan lain sebagainya, Subhanallah
mereka tidak memahami apabila lafal yang dibaca ada yang disisipi kalimat yang
mungkin Allah SWT tidak berkenan.
Kesaksian tidak melahirkan rasa bisa
melainkan lahir rasa semakin tidak bisa, maka
kesempurnaannya adalah tidak bisa atau bodoh, lebur diri atau fana zatnya, fana
sifatnya, fana af’alnya (pekertinya), fana asmanya, semua itu adalah semata
dari Allah SWT, ‘La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyul ‘azhim’.
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَايَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ
Allah menganugerahkan hikmah
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah
yang dapat mengambil pelajaran. (QS Al Baqarah Ayat 269)
Dan
Hadits Qudsy:
Aku selalu mendampingi
orang-orang yang selalu ingat kepada-Ku.
Datang
dan belajar kepada Allah, untuk mencapai tingkat bertanggung jawab
masing-masing tanpa menggantungkan kepada yang pertama, agar tidak ada mursyid. (kekuatan kepercayaan yang keluar dari pernyataan sang
mursyid).
Karena
kesempurnaan itu adalah fana semua, dari Allah, karena Allah, semua kejadian
dari Diri-Nya, Kekuatan-Nya, Kebisaan-Nya dan sebagainya, bahkan Rasulullah dalam haditsnya bersabda :
“ Janganlah kamu seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani memuliakan Isa dan
Maryam. Aku budak Allah, aku Rasulullah. Bila mohon perlindungan mohonlah
kepada Allah yang Maha Kuat.”
Untuk menegaskan bahwa jangankan mursyid
bahkan beliau sendiri Rasulullah sebagai junjungan ummat Islam melarang ummatnya
menyembah Rasul, tetapi
mencintainya dalam Islam diperkenankan dan diwajibkan menyampaikan penghormatan
(shalawat) dan salam untuk Rasulullah saw, hal ini merupakan perintah Allah, yaitu bershalawat dan bersalam kepada
Rasulullah sebagaimana
QS Al Ahzab ayat 56 :
إِنَّ اللَّهَ وَ مَلَئكتَهُ يُصلُّونَ عَلى النَّبىِّ يَأَيهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صلُّوا عَلَيْهِ وَ سلِّمُوا تَسلِيماً
Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. “Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.”
Masing-masing
kelompok memiliki cara mendidik dengan dasar-dasar penekanan sendiri-sendiri,
misalnya yang satu dengan kedisiplinan, yang lain dengan dengan penempatan
qalbu/hati, yang lain lagi dengan kelurusan kepada Allah.
Namun tujuannya hanya satu, yaitu komunikasi
kepada Allah inilah contoh-contoh pada zaman Rasulullah, sehingga muncullah berbagai
tariqat. Seperti Sayidina Ali Ra, beliau berjalan tanpa dunianya,
sampai-sampai bajunya compang camping, sebagai buruh
penimba air, padahal beliau adalah menantu Rasulullah saw memilih jalan Zuhud.
Yang
lain berjalan dengan caranya sendiri para pengikut dari berbagai cara atau jalan atau
tariqat ada yang sekedar mengikuti apa kata gurunya, ada
yang berpikir dan merenung.
Sebagai
contoh pada zaman Rasulullah Saw, sayyidina Abu Bakar Ra dengan kepatuhannya, sementara sayiddina Umar bin Khattab Ra
dengan kekerasan hati dan akalnya, lalu sahabat Abdullah bin
Umar Ra
yang mengikuti apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Nabi
Muhammad saw dianugerahi kasyaf
(penglihatan jarak jauh), Beliau diberi kemampuan
melihat kejadian sebelum dan sesudah zaman beliau. Semisal;
Islam akan pecah, orang-orang Islam akan seperti buih, tidak berani
mempertahankan Islamnya, masjid-masjid menjadi indah tapi isinya kosong.
Kita
sekarang sudah dimudahkan untuk menjadi orang yang memiliki kemampuan, misalnya
melalui latihan dan pendidikan di sekolah. Hal ini dikarenakan semakin mudahnya
sarana-sarana pengajaran Islam, baik melalui buku-buku di sekolah dan di
toko buku, sekolah agama serta pondok pesantren.
Dengan
kemudahan yang sudah kita dapatkan dan pendidikan yang sudah diperoleh,
janganlah kita termasuk orang orang yang tidak berani mempertahankan Islamnya, berusahalah
masing-masing dari kita untuk mengikuti perintah Rasul, dan bila kita kesulitan
dalam sunah hadits, kembalikan kepada Al Qur’an sehingga tidak perlu mempersoalkan perbedaan pemahaman, karena yang
sebenarnya perbedaan paham berasal dari salah satu atau keduanya belum memahami akan dalil Qur’annya atau Haditsnya, mestinya langkah-langkah
yang ditempuh adalah ke arah perkembangan penjabaran Islam itu sendiri, karena
Islam itu sederhana dan mudah dimengerti serta mudah dilaksanakan.
Misalnya
mengenai Allah
SWT, bila dikatakan Esa, artinya ya tidak ada penguasa lain
selain Allah
SWT, namun kalau ada anak Allah dan sebagainya, kita menjadi
bingung, sehingga timbul pertanyaan, bagaimana sikap Allah kepada anak Allah?
Padahal anak Allah itu hanyalah sekedar julukan, sebagaimana dikatakan Yesus :
“Berbahagialah orang yang suci hatinya disebut anak Allah.”
Seperti kita menyebut teman kita si A sebagai
harimau, apakah si A itu betul-betul harimau? Juga dalam Matius pasal 7 ayat
21,
Yesus menyatakan, “Orang-orang
yang menyeru aku Tuhan, tidak masuk surga, yang masuk surga adalah yang
menjalankan perintah Allah.”
Al Qur’an sangat
universal, dan merupakan dasar / landasan dalam mengungkap kehidupan dunia dan
akhirat, menegaskan/menjelaskan siapa Allah SWT, siapa para Nabi dan Rasul
Allah, bahkan peringatan kepada para ahli kitab.
Qur’an
merupakan sumber hukum terdekat, misalnya seruan Allah untuk merenung,
sebagaimana difirmankan dalam Surat At
Tin 95 ayat 4:
|
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya.
QS Ath Thariq 86 ayat 5:
|
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan?
Dengan merenungkan ayat ini-lah,
Ibnu Sina menemukan ilmu kedokteran, Dengan surat Yunus 10 ayat
5:
|
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Dia-lah yang menjadikan
matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui.
Muhammad Tarqi menemukan
ilmu astronomi, sebagaimana kami baca di koran, bahkan kelahiran mereka
diperingati oleh UNESCO / PBB.
Dalam surat Al Hujurat 49 ayat 13:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kata yang ditekankan pada Al hujurrat ayat 13 adalah "hai Manusia", yang artinya luas mencakup masa lalu dan masa kini, Sebagai
contoh universalnya adalah ketika
kita naik haji menggunakan kendaraan buatan ummat non islam, bahkan
menutupi aurat yang merupakan perintah Allah dari hasil
produksi pabrik milik bukan orang non Islam.
Dunia
sekarang sudah lain, kalau dulu Syech Abdul Qadir Jailani di sekitarnya adalah
hutan, sekarang di sekitar kita adalah masyarakat ekonomi yang semrawut nilai
kebenaran dan ketidak-benarannya. Dengan perbedaan lingkungan ini, alangkah
baiknya dilakukan penjabaran baru, karena dalil Qur’an dan Hadits itu tetap
adanya dan bisa dipakai sepanjang masa.
Tidak
perlu mempertentangkan segala macam paham, tetapi melangkah ke arah kemajuan,
ke arah perkembangan Islam sebagai kendali diri atau
sumber hukum yang terdekat,
sebab dalam agama jelas mana yang baik dan mana yang buruk.
Hakikat
makrifat dengan syariat harus menjadi satu, Sebab Islam juga agama spiritual atau
ruhani dengan sholat khusyu’nya, i’tikafnya, dengan ma’rifatnya, musyahadah,
mukasafah, mahabah kepada Allah SWT.
Dalam
dunia modern, spiritual akan dicari untuk ketenangan jiwa, demikian pula dengan syariat akan
terjalin kebersamaan antar umat manusia hal ini juga sangat diperlukan, sehingga tidak ada jurang pemisah antara si kaya
dan si miskin,
hal tersebut didapat dalam Islam dengan zakatnya, dengan amal
sedekahnya, berjamaah dalam sholat , naik haji dengan bahasa
yang sama dengan bahasa
Sholat dan Al Quranul qarim.
Kebenaran-kebenaran
Qur’an yang tidak bisa dipalsukan, karena dijaga oleh Allah seperti disebutkan
dalam surat Al Hijr 15 ayat 9:
|
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran. Dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Oleh sebab itu Al Qur’an
ditulis dan dihafalkan sejak zaman Nabi, sahabat dan sampai sekarang.
Nabi
Muhammad saw tidak
mengenal huruf namun dapat ‘membaca’ dalam arti yang luas, hanya
dengan disuruh mengucapkan atas nama Allah, beliau mampu melihat ke belakang,
ke masa depan dan sebagainya.
Ini
adalah nilai / kekuatan spiritual, seperti juga Nabi Musa as yang diberi mukzizat membelah lautan, Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw diberi mukzizat menghidupkan orang mati, Nabi Ibrahim as diselamatkan Allah ketika dibakar, dan Nabi Sulaiman as diberikan kekayaan,
semuanya atas ijin Allah
dan Allah mendampingi orang-orang yang selalu ingat, Allah
mengabulkan permintaan orang-orang yang selalu dekat dan dicintai-Nya.
Buku
ini merupakan andil kami di masa sekarang, yang merupakan pengalaman dalam
mendalami kecintaan kepada Allah, berkomunikasi dengan Allah, merupakan jihad
kami untuk menjadi saksi kebenaran Allah, beserta kitab-kitab dan
Nabi-Nabi-Nya. Sebab Allah memberikan seruan dan peringatan seperti disebutkan
dalam Qur’an Surat At Taubah 9 ayat 24:
|
Katakanlah:
"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari
Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.
Kami harapkan buku ini juga membantu saudara-saudara kami yang sama-sama
mencari dan melengkapi dunia Islam, sebab seruan Allah dalam QS Al Baqarah 2
ayat 208:
|
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan. Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
(Penulis H.Slamet Oetomo)
.....Bersambung
Selamat membaca, semoga mendapatkan hidayah
ReplyDeleteAmin Ya Alloh... Terima kasih
ReplyDeletetulisan yang dalam sekali,boleh tahu dimana pesantrenna
ReplyDelete